Sabtu, 31 Oktober 2009

ALICE AND THE TALE

Suatu hari, Alice dan kedua adiknya bermain di taman. Alice telah menyiapkan bekal untuk makan siang mereka. Sementara kedua adik lelakinya bermain bola, Alice membaca buku dongeng yang telah berkali – kali ia baca. “ seandainya aku bisa seperti putri – putri dalam dongeng...aku gak perlu menjaga kedua adikku setiap hari, gak perlu membersihkan rumah, gak perlu memasak, hanya perlu menikmati kerajaan mewah...” pikir Alice.

Alice pun terbuai dalam dongeng tersebut dan tertidur, saat bangun, ia mendapati kedua adiknya tidak lagi berada di dekatnya. Alice segera berdiri dan mulai mencari kesekeliling. Namun ia hanya menemukan bola adiknya. “ kemana mereka? Duhh kenapa aku bisa ketiduran yah?” gumamnya
sambil berjalan, mata Alice terus mencari kesekeliling, dan tak sengaja terperosok ke dalam sebuah lubang. “ aduh duhh....sakit...” keluh Alice sambil memegangi pinggangnya.
Begitu tersadar, saat ia jatuh ke dalam lubang yang didalamnya memiliki pintu.
“ kenapa ada pintu dilubang begini? Apakah ini sebuah goa?” tanya Alice, dan dengan penasaran ia pun segera bangun dari duduknya dan berjalan mendekati pintu tersebut. Dengan perlahan ia membuka pintu tersebut, “ krieetttt...” Alice mengintip kedalamnya dan ditemukannya sebuah lorong.
Tanpa pikir panjang, Alice masuk kedalamnya dan mulai berjalan menelusuri lorong tersebut.
“ lorong ini tampak terawat dengan baik, apakah ada yang tinggal disini? Aku baru tahu kalo ternyata ada tempat seperti ini di desaku.” pikir Alice.

Saat menemukan pintu berikutnya, Alice tertegun karena pintu terbuka sebelum ia meraih gagang pintu itu. Ternyata seseorang telah membuka pintu itu terlebih dahulu. “ gawat!” pikir Alice, namun tak ada tempat untuknya bersembunyi dilorong tersebut. Dengan pasrah ia menanti orang tersebut masuk dan menemukan Alice. “ Ohhh...tidakkk...” teriak Alice dalam hati
“ heii... Alice??” panggil orang itu, “ ahh ayah???” tanya Alice pada ayahnya yang sedang dalam kostum kelinci yang memakai mantel membawa jam antik.
“ ahhh aku harus buru – buru...” kata sang ayah kemudian berlari pergi meninggalkan Alice, sementara Alice masih bengong melihatnya. “ kenapa ayah berada disini? Dan kenapa pula ayah mengenakan pakian aneh begitu?” tanya Alice pada dirinya sendiri, kemudian Alice melewati pintu dimana ayah nya muncul.

Rasa penasarannya semakin besar. Saat memasukinya, ternyata sebuah dapur, dan Alice melihat ada sebotol minuman yang tampak menarik perhatiannya. Di botol tersebut tertulis “ DRINK ME ”
“ ehmm...rasanya haus juga, mungkin tak apa bila aku minum seteguk” kata Alice dalam hati, lalu dengan hati – hati ia mengambil botol tersebut dan meminumnya seteguk. “ huahh...segar sekali...”
Alice meminumnya seteguk lagi, lagi, dan lagi. Tanpa sadar isi dalam botol tersebut pun habis.
“ wahhh habiss... tak apalah, tak akan ketahuan bahwa kau yang telah meminumnya.” pikirnya.
Begitu melangkah, tiba – tiba Alice merasakan tubuhnya panas dan dalam sekejap ia menemukan sekelilingnya berubah menjadi BESAR. “apa yang terjadi? Dimana aku? Kenapa aku berada ditempat aneh ini?” sambil memandang sekelilingnya, kemudian matanya terhenti pada botol dengan tulisan
“ DRINK ME ”. “ bukankah itu botol yang ku minum tadi? Kenapa menjadi sebesar itu? Atau kah... tubuhku yang mengecil?” terdiam sejenak karena bingung dan tak percaya, kemudian ia teringat dengan cerita “ Alice in The Wonderland ”. “ benar... benar sekali, ini kan bagian dari cerita Alice in Wonderland!! kelinci dengan jam antik.... botol Drink Me dan tubuh mengecil. Bagaimana mungkin?? itu kan hanya dongeng !! aduhhh...gimana nih!! aku harus mencari cara untuk kembali besar.. !”
Alice memutar otak sambil melihat kesekelilingnya sambil berharap aku ada yang masuk dan menginjaknya. “ Ahh... seharusnya ada kue ' Eat Me ' kan yang dapat membuat tubuhku lebih besar.. aku harus menemukannya di meja! ” dengan bersemangat Alice menatap meja, tapi kemudian dia kembali menghela nafas, “ fuihhh... bagaimana aku naik ke meja tersebut?? ” Alice coba memanjati kaki meja itu namun alhasil ia terus dan terus terpeleset kembali ke bawah hingga ia capek.
“ seharusnya bukan begini cerita Alice in Wonderland... ” Saat Alice mulai menggerutu, pandangannya terhenti pada sebuah kunci mainnan. Lalu ia menghampiri kunci tersebut dan menemukan sebuah pintu kecil di dekat kunci tersebut diletakkan. “ mungkin aku bisa keluar dari pintu ini, kalo gak salah kan diluar pintu ini adalah sebuah taman dalam cerita Alice in Wonderland !” dan segera Alice membuka pintu tersebut dengan kunci yang ia temukan.

Begitu pintu terbuka, ia buru2 keluar dan langsung bersorak “ horeee !! aku keluarr!! tubuhku pun kembali ! ” tetapi kemudian ia terdiam dan berpikir,
“ ini...dimana? Apa benar tubuhku kembali normal? Kenapa pintu itu tak mengecil?” Alice mencoba membuka pintu tadi, namun pintu tersebut tak dapat terbuka, seperti terkunci dari dalam. Lalu Alice menyusuri jalan setapak ditaman tersebut. Namun, jalan yang ia telusuri membawanya masuk ke dalam sebuah hutan. “ mungkin ini akan membawaku ke taman tempatku berasal.” pikirnya.
Sesaat setelah itu ia melihat sosok bangunan, begitu tiba didepannya, ternyata adalah sebuah puri kecil. Alice penasaran dengan puri tersebut, tanpa pikir panjang, ia membuka pintu gerbang puri tersebut. Tampak kosong didalamnya hanya terlihat sebuah tangga. Maka dengan santai Alice menaiki tangga tersebut. Tetapi tangga yang ia naiki sangat tinggi dan berbelok – belok hingga ia menemukan sebuah pintu. Dan saat membukanya, sampailah ia di puncak puri tersebut dan segera melihat ke jendela.
“ wahhh... dari sini bisa melihat pemandangan di hutan dengan indah...!!” Alice terkagum – kagum, kemudian dilihatnya matahari mulai terbenam. “ Gawat... sudah sore, aku harus segera pulang dan menyiapkan makan malam untuk adik – adikku sebelum ayah pulang dan mengocehiku.” lalu buru – buru ia membalikkan badannya berjalan menuju pintu yang menghubungkannya dengan tangga yang ia lalui tadi.
“ Eh... anehhh...kenapa gak bisa dibuka??? masa sih aku kekunci??? kenapa begini???” Alice mulai khawatir. Lalu ia berlari kembali ke jendela dan meneriakan, “ Tolonggggg!!! ” tapi tak ada suara apapun diluar sana, semua tampak sepi dan tak ada tanda – tanda kehidupan di hutan tersebut. Alice terduduk lemas dibelakang jendela dan mulai menangis, “ hikss... hikss... aku mau pulang... gimana nih... bagaimana cara agar aku dapat turun dari sini??” saat sedang sedih ia melihat ada sebuah tulisan yang di ukir di dinding tepat disamping ia duduk. Dengan pelan Alice membacanya, “ Let down your hair, so that I may climb the golden stair.” “apa maksudnya? Rambut? Tangga? Ahhh.... aku ingattt...! ini kah ada dalam cerita Rapunzel ! Apa aku harus memanjangkan rambutku juga agar ada seseorang yang dapat naik dan menyelamatkanku? Tapi rambutku tak berwarna emas!! dan lagi... aku tak butuh seseroang naik dan menyelamatkanku, aku hanya butuh untuk turun!! ” Alice kembali terduduk lemas dan kembali menangis. Tanpa sadar ia pun tertidur.

Saat ia bangun, hari masih gelap, mungkin masih tengah malam. Ia kembali melihat keluar siapa tahu ada orang yang lewat. Tapi... Alice merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya sejak ia terbangun dari tidurnya. Begitu tersadar akan perubahan yang ia alami, ia meloncat terkejut.
“ Astaga!!! kenapa rambutku bisa menjadi sepanjang ini? ” tanya nya pada diri sendiri sambil memegang rambutnya yang tadinya sepundak kini menjadi se lutut.
“ Apakah... ini bagian dari cerita Rapunzel juga? Apa karena mantra yang aku baca tadi? Bahkan rambutku berubah warna menjadi keemasan! Kemana rambut hitamku? ” gerutunya.
Namun tak ada yang dapat menjawab pertanyaannya sehingga Alice kembali terduduk lemas. Ia pun merasakan rambutnya terus dan terus bertambah panjang setiap detiknya.
“ Aku mulai merasa kalau kepalaku agak berat karena rambut...” keluhnya pada diri sendiri
“ Apakah akan ada pangeran yang menolongku? Apakah aku harus menggunakan kapak ajaib untuk memangkas rambut aneh ini sehingga dia tak terus bertumbuh?” pikirnya lagi.
Beberapa jam kemudian menjelang subuh.
“ srek srek..srek srekk...” “ eh..suara apa itu? Jangan – jangan pangeranku?” Alice beranjak dari duduknya dengan semangat melongok keluar jendela, namun yang ia dapati hanya seekor … “ Kuda? ”
Alice menghela nafas dengan kecewa, tapi kemudian ia kembali berpikir positif.
“ Hai Tuan Kuda, dapatkah kamu membantuku untuk keluar dari puri ini? ” tanya Alice dengan sopan, kuda tersebut tidak bersuara tetapi mengangguk pelan.
“ ahh...terima kasih... tetapi... bagaimana caranya aku dapat turun dari sini? Apa kamu bisa naik dengan rambutku yang mungkin panjangnya sudah mencapai kedasar tanah situ? ” tanyaku
si kuda tetap tak bersuara, tetapi kepalanya menunjuk – nunjuk ke arah sebelah jendela. Alice pun melongok ke sebelah jendela dan menemukan sebuah pisau belati tersangkut di akar – akar di dinding puri. “ Dari mana munculnya akar ini? Ehm, bukan itu masalahnya, tetapi... untuk apa belati ini?” tanya Alice pada si kuda, namun si kuda tentunya tak dapat berbicara dan tetap terdiam.

Setelah berpikir sejenak, Alice menatap rambutnya yang terus memanjang. Alice terdiam sejenak dan menggenggam belati itu ditangannya.
“ tak ada kapak, belati pun jadi, pasti begitu...!!” pikirnya dalam hati, lalu dengan hati – hati Alice mulai memotong rambutnya kembali menjadi sepundak kembali. Cukup lama ia memotong dan mengikat ujungnya akhirnya ia selesai dan melemparkan ujung rambut yang telah ia potong ke pada si kuda dengan ujung lainnya di ikat di gagang pintu.
“ Tuan kuda, aku akan segera turun dari sini, tolong jaga aku yah...!” kata Alice dengan memohon. Lalu pelan – pelan ia memanjat jendela dan berpegangan pada 'tali' nya. “ Sruutttt....” dengan cepat ia merosot kebawah dan terjatuh tepat di punggung kuda.
“ Selamattt!!! fiuhh.... mungkin aku adalah cerita Rapunzel yang paling aneh yang pernah ada. Walaupun aku mengharapkan ada pangeran yang datang menolongku, tapi tak apalah...yang penting aku dapat keluar dari puri!” gumam Alice dengan senang.
Alice dan kudanya melaju menusuri hutan. “ Tuan kuda, aku harus segera pulang, bisakah percepat larinya?” tanya Alice, maka si kuda pun mempercepat larinya.
Ketika menaiki bukit, kaki kuda tersandung dan Alice terlempar jauh hingga jatuh ke dalam sebuah lautan. “ huahhh...tolonggg... aku tak bisa berenang... tolong...” Alice berteriak teriak hingga ia tenggelam dalam lautan itu.

Alice tersadar dari pingsannya, dan menatap bingung pada sekelilingnya yang tampak asing dan aneh. “ apakah aku sudah meninggal? Dimana ini? Surga kah? ” tanya Alice dalam hati.
“ kamu sudah sadar Alice? ” terdengar suara seorang wanita bertanya, “ Ahhh!!! ” Alice bersorak kaget melihat seekor putri duyung berbicara padanya. “ ka..ka...kamu.... I...ii..ikan?? ” Alice bertanya dengan tergagap. “ aku adalah putri duyung, dan kini sama denganmu.” jawab si putri duyung dengan tersenyum. “ apa maksudnya sama denganku? ” tanya Alice dengan bingung, tetapi putri duyung tersebut hanya tersenyum begitu pula dengan duyung lain yang baru masuk. Alice masih tak percaya dengan apa yang ia lihat, “ bagaimana mungkin mereka bisa berada di daratan? Ups... ataukah... ini... didalam lautan? Benar... aku kan terlempar kedalam lautan dan tenggelam! Jadi... putri duyung itu benar - benar ada? ” pikir Alice dalam hati. “ eng.. apa kalian yang telah menyelamatkan ku? ” tanya Alice, “ benar...” “ owhh...terima kasih... eng... baiklah, aku harus pulang..” kata Alice buru – buru bangun dari ranjangnya. “ Akhhh!!! ” kemudian ia kembali berteriak kaget, kali ini yang ia lihat adalah ekor dari tubuhnya. “ Ke..kenapa...kenapa ini? Kemana kakiku??” Alice melotot shock.
“ Kami menyelamatkan mu dan mengubahmu menjadi duyung juga agar kamu dapat bertahan di dalam air.” jelas salah satu dari duyung tersebut. “ ohh... baiklah, kalo begitu, bolehkah aku meminta kembali kaki ku sekarang?” tanya Alice, “ emm...” semua tampak ragu, “ ada apa?” tanya Alice ragu juga
“ Maaf... kami tak bisa...” “ hhahhh?? apa maksudnya tak bisa? ” “ Kami memang dapat mengubah kaki menjadi ekor duyung, tapi tak bisa sebaliknya...” kata mereka dengan sedih.
“ jadii... bagaimana denganku?? bagaimana aku pulang?” tanya Alice, “ tinggal lah disini Alice.”
“ tidak mau... aku bukan ikan, aku manusia! Aku harus pulang untuk mengurus rumah!” tegasnya
“ kamu tak mempunyai pilihan Alice, kamu tak bisa menjadi manusia kembali tanpa kaki.!”
Alice hanya terdiam, “ kenapa begini... kenapa semua begini? Ada apa ini?? kenapa aku terus mengalami hal aneh ini? Cerita yang mana lagi ini?? ehh... cerita...? ahhh...” Alice teringat dengan cerita Little Mermaid. “ benar juga, pasti ada seorang, eh..maksudnya seekor ikan yang dapat membantuku untuk mendapatkan ekorku kembali! Benarkan?” tanya Alice
“ mm... ada sih...tapi...” “ Tapi apa? Apakah aku harus memberikan suaraku sebagai gantinya?” tanya Alice lagi dengan mendesak. “ bukan...” “ lantas apa? Apa? ” Alice tidak sabar.
“ Monster Laut ...meminta wajahmu sebagai gantinya.” “ wajah? Maksudnya? Wajahku diminta? Jadi... wajahku akan berubah? Begitu?” tanya Alice.
“ iya...” “ ah... tidak masalah!” kata Alice “ tidak masalah? Tetapi nanti tak akan ada yang mengenali wajahmu! Wajah baru juga jelek! Bagaimana kalau keluargamu tak mengenalimu? ”
“ emm...tidak... aku percaya keluargaku pasti akan tetap mengenaliku dan menerimaku apa adanya.”

Maka Alice pun diantar menuju kediaman monster laut dan menukarkan rupa wajahnya dengan sepasang kaki. Setibanya kembali didaratan Alice langsung berlari pulang.
“ Ah... benarrr...ini rumahku!! akhirnya aku pulang!!” katanya dengan senang, lalu dengan cepat ia membuka pintu, “ ah.. Alice kamu sudah pulang? Kemana saja?” terdengar suara ayah dari dalam.
“ maaf ayah... ceritanya panjang sekali! ” kata Alice sambil memasuki rumah.
“ Alice....loh? Kamu siapa? ” tanya Ayah saat bertemu dengan Alice. “ ini aku Alice, ayah.”
“ Alice? Hahhah... kamu pasti bercanda, anakku Alice tak memiliki wajah buruk rupa seperti kamu.”
“ tapi... ini benar aku ayah!! aku Alice!! biar kuceritakan bagaimana wajahku dapat berubah begini.”
“ sudahlah, kamu jangan menipu! Ayah, pasti dia pengemis yang mau menipu uang dan makanan kita ayah!” kata salah satu adik Alice bernama Abi. “ Abi... ini kakak!! masa kamu gak percaya?”
“ sudah lah jangan bermain main! Cepat pergi atau kami panggilkan polisi! ” kata ayah.
“ tapi ayah...” “ pergiii!!” dorong si bungsu Arcie “ aku bisa membuktikan kalo aku adalah Alice!”
“ kami tak percaya” tegas Abi, “ dengarkan dulu, berikan aku kesempatan!” pinta Alice dengan memelas. Karena kasihan, sang ayah pun memberikan kesempatan pada Alice, “ apa buktinya?”
“ eng... aku lahir tanggal 30 Maret... lalu... ibu..meninggal saat aku berusia 12 tahun. Setiap hari aku memasak, dan merawat Abi dan Arcie.” jelasnya “ mungkin itu semua orang juga tau.” kata Abi
“ eng... sebenarnya...aku selalu mengeluh, kenapa di usiaku yang baru 17 tahun harus merawat adik – adikku, mencuci, memasak, membersihkan rumah. Arcie dan Abi tak pernah mau membantu dan selalu berkata 'itu adalah tugas kakak sebagai pengganti ibu' aku suka membaca buku dongeng putri dan berharap aku dapat menjadi seorang putri. Tapi... hikss... aku tau itu hanya dongeng... cerita dongeng pun tak seindah yang ku kira... aku...rindu pada kalian... aku tak keberatan untuk merawat kalian dan mengurus rumah... demi kembali kemari. Aku merelakan wajahku... hiks...” jelas Alice dengan menangis. Ayah tampak tersentuh dan keduanya Adik Alice saling berpandangan.
“ apa benar kamu Alice anakku?” tanya ayah “ tentu saja ayah...” “ ceritanya tak begitu meyakinkan... tapi … sepertinya dia memang kakak kita..” bisiki Abi pada Arcie.
Setelah lama berpikir, sang ayah memutuskan mempercayai Alice. Malamnya sebelum tidur, Alice memandangi wajahnya di cermin, “ aku sungguh sangat jelek, tak ada harapan menjadi seorang putri yang cantik... tapi... ini sudah cukup... aku gak boleh terus mengeluh! Semua keluhan tak memperbaiki keadaan justru membuatku semakin jatuh! Aku merindukan wajahku yang dulu...” Alice menangis sedih hingga terbawa tidur. Ia tertidur dengan lelap karena lelah dengan petualangannya.

Keesokan paginya, Alice terbangun saat mendengar kedua adiknya bersorak, “ kakak! ”
“ada apa? ” “ bangun kak! Lapar nih!” “ iya...” Alice langsung buru – buru bangun dan bersiap menyiapkan sarapan, saat melewati cermin...” ehh... wa..wajahku... wajahku kembali!!!” soraknya
“ ada apa Alice?” tanya ayah. “ ayah!! wajahku lihat, wajahku kembali cantik!” kata Alice
“ hm?? kamu memang cantik nak!” kata ayah dengan tertawa. “ ihh kakak memuji diri sendiri cantik!”
“ ayo buruan kakk.. laperrr..” gerutu Arcie “ iya iya...” “ ayah juga nih” kata ayah
“ eng... ayah... terima kasih ya sudah percaya padaku.” kata Alice
“ hm? Percaya apa? Soal apa sih?” tanya ayah
“ emm... yang kemarin, biarpun wajahku berubah menjadi jelek, ayah tetap percaya kalau aku adalah anakmu.” jelasnya lagi. “ duh..kamu ini bicara apa sih nak? Masih mengantuk ya?” tanya ayah
“ hah?? mm... “ Alice menggaruk kepala lalu nyengir dan berkata “ hahaha...mungkin aku tidur kelamaan yah...hahah mimpi yang anehh...”
Hari – hari selanjutnya berjalan dengan baik, Alice menghilangkan kebiasaannya mengeluh dan mulai menikmati posisi 'ibu' nya dirumah. Bagi Alice, petulangannya didunia dongeng yang hanya sekejap itu tak seperti mimpi, tapi ia bersyukur, ia adalah manusia didunia nyata.

SELESAI
READ MORE - ALICE AND THE TALE

YOU LOVE ME SO MUCH


You Love Me so Much
You bring Me Life
You bring Me Love
Thank You for the Everything

You Love Me so Much
You tell Me what to do
You teach how to do
You are the Best for Me

You Love Me so Much
I make You Mad
I make You Sad
But Your Love's NEVER Change

You Love Me so Much
I KNOW That...
I just want to say...
I Love You So Much Mom ♥
READ MORE - YOU LOVE ME SO MUCH